Berikut lima data dan fakta menarik menyangkut Timnas Indonesia dan Belanda sepanjang sejarah, yang dirangkum VIVAbola:
1. Piala Dunia 1938
Semangat sepakbola sudah mengalir di darah masyarakat Indonesia
bahkan saat masih zaman kolonialisme. Itu bisa terlihat dengan
ditunjuknya Indonesia sebagai peserta Piala Dunia 1938.
Saat itu,
Timnas Indonesia bermain dibawah nama Hindia Belanda. Sebenarnya,
Hindia Belanda masih harus berebut tiket dengan Jepang, namun sang lawan
mengundurkan diri karena terlibat perang dengan China.
Pada
Piala Dunia ketiga yang digelar di Prancis itu Hindia Belanda
menggunakan seragam berwarna oranye dan celana putih, seperti warna
seragam yang dipakai kesebelasan Belanda.
Sayang pada laga
pertama di Piala Dunia, Indonesia meraih kekalahan telah 0-6 dari
Hongaria. Setelah itu, Indonesia tak pernah lagi lolos ke Piala Dunia.
Sedangkan, Belanda berhasil tampil tujuh kali setelah itu.
2. Jejak Pelatih Belanda di Skuad Garuda
Hubungan kedua negara di sisi sepakbola memang cukup erat. Bahkan,
Indonesia beberapa kali menggunakan jasa pelatih asal Belanda untuk
menukangi Timnas Indonesia.
Tercatat lima pelatih "negeri kincir
angin" yang pernah mencicipi karir di tanah air. Johannes Christoffel
van Mastenbroek menjadi pelatih Belanda pertama yang membesut Hindia
Belanda di Piala Dunia 1938.
Setelah itu, Indonesia baru kembali
merekrut pelatih Belanda pada medio 1970-an dengan mendatangkan, Wiel
Coever, yang dijuluki "Albert Einstein-nya sepakbola". Sayang, karirnya
hanya bertahan satu tahun.
Dua tahun berselang, giliran Frans Van
Balkom yang direkrut PSSI pada 1978. Tapi, lagi-lagi kurang memuaskan
sehingga dipecat pada 1979.
Nampak kurang puas dengan kinerja
pelatih Belanda, PSSI lama tak menggunakan jasa mereka. Sebelum akhirnya
menjajal Henk Wullems pada tahun 1996 setelah sukses membawa Bandung
Raya juara Liga Indonesia. Ia bertahan dua tahun dengan prestasi sebuah
medali perak SEA Games 1997.
Pelatih Belanda terakhir yang
membesut timnas adalah Wim Rijsbergen. Pria 61 tahun ini gagal total
sebagai pelatih. Dari 11 laga, Wim hanya bisa menang 2 kali, 5 kali
imbang dan 6 kali menelan kekalahan. Prestasi buruk itu membuat karirnya
berakhir prematur.
Sebenarnya, pada skuad pelatih Indonesia saat
ini juga ada pria asal Belanda. Pelatih kepala, Jacksen F Tiago,
mempercayakan Raymond Verheijen sebagai konsultan pelatih fisik timnas.
Semoga, karirnya lebih cemerlang daripada senior-seniornya.
3. Pertemuan Pertama
Indonesia dan Belanda belum pernah bertemu satu sama lain di ajang
resmi internasional. Dengan demikian, laga hari Jumat di SUGBK nanti
menjadi kesempatan perdana bagi skuad "Garuda" mencicipi kualitas Die
Oranje.
Sebelumnya, tim 'beraroma' Belanda yang sempat tampil di stadion
kebanggaan masyarakat Indonesia itu adalah raksasa Eredivise Ajax
Amsterdam. Tepatnya tahun 1975, Ajax datang ke Indonesia dengan
predikat juara Liga Belanda. Mereka pun dihadapkan dengan Persija
Jakarta di SUGBK. Laga tersebut berakhir dengan skor imbang 1-1. Pada
laga ini, Persija sempat unggul di menit ke-21 lewat gol Anjas Asmara
sebelum dibalas Ajax tiga menit kemudian lewat Johnny Rep.
4. Reuni Pemain
Menilik
komposisi kedua tim, ada hal yang menarik terkait asal-usul beberapa
pemain. Di tim Belanda, terdapat pemain yang berdarah Indonesia,
sebaliknya di dalam skuad Garuda juga bercokol sederet pemain berdarah
Belanda.
Seperti diketahui, sejak program naturalisasi dibuka oleh PSSI,
banyak pemain Belanda keturunan Indonesia yang ingin memperkuat Skuad
Garuda. Namun saat ini, hanya dua pemain naturalisasi yang dipanggil ke
timnas, yaitu striker Persib Bandung, Sergio van Dijk, dan pemain Mitra
Kukar, Raphael Maitimo.
Van Dijk bahkan memulai karir bersama
bintang Bayern Munich, Arjen Robben, di klub Belanda Groningen.
Sedangkan untuk Maitimo, pria kelahiran Rotterdam itu pernah tampil
bersama Wesley Sneijder dan Robin van Persie di timnas Belanda U-17.
Sisi
menarik juga terkuak dari sudut Timnas Belanda. Tercatat dua pemainnya
saat ini memiliki keturunan darah Indonesia, yaitu Robin van Persie dan
John Heitinga. Van Persie disebut-sebut keturunan Jawa, sedangkan
Heitinga mengatakan ayahnya lahir di Jakarta.
Kembali ke negara leluhurnya ternyata membuat Heitinga bahagia. Bek Everton tersebut bahkan menyatakan kedatangan ke Jakarta ini sebagai momen spesial dalam hidupnya.
"Akhirnya.
Sebuah momen khusus. Mendarat di Indonesia, di mana kakek dan ayah saya
lahir," tulis pemain yang sudah mengoleksi 89 caps dengan Belanda itu
di akun Twitter-nya.
Belanda memang kerap kali diperkuat oleh
pemain-pemain top yang ternyata memiliki keturunan Indonesia. Sebut
saja, Giovanni van Bronckhorst, Roy Makaay, dan Denny Landzaat.
5. Seret Prestasi
Meski kualitas pemain kedua tim sangat berbeda jauh,
ternyata prestasi keduanya tidak terlalu jauh berbeda. Meski selalu
jadi favorit juara, baik Indonesia maupun Belanda kerap keok di babak
final.
Bagi Indonesia, final sebuah turnamen sepakbola di
regional Asia Tenggara selalu menjadi target prestasi. Skuad "Garuda"
pun berkali-kali mampu menembus laga final baik di Piala AFF maupun SEA
Games.
Sayang, dari seluruh kesempatan itu hanya satu kali
Indonesia merebut medali emas yaitu pada SEA Games 1991. Sedangkan untuk
tim senior, Indonesia selalu gagal di empat laga final. Empat kali
runner-up menjadi prestasi terbaik sampai saat ini.
Kurang
mengkilapnya prestasi ternyata juga terjadi pada Belanda. Sama seperti
negara jajahannya, Die Oranje hanya berhasil merebut gelar juara pada
Piala Eropa 1988. Sedangkan empat kali mereka hanya mampu mentok di
semifinal.
Hal lebih buruk didapat oleh Belanda di ajang Piala
Dunia. Berhasil menembus partai final di tahun 1974 dan 1978, "Total
Football" yang dikembangkan Johan Cruyff gagal mempersembahkan bintang
di atas logo singa KNVB.
Bahkan, usaha terakhir mereka pada Piala
Dunia 2010 lalu juga berujung tragis. Tampil menjanjikan sepanjang
penyisihan, Belanda lagi-lagi gagal juara usai ditundukkan Spanyol
dengan skor 1-0. Nampaknya "kutukan" satu gelar masih menghantui kedua
tim.
0 komentar:
Posting Komentar