Kamis, 19 September 2013

Bukan Untuk Memberatkan Kalian

Siapa yang bilang jadi orang kafir itu enak?
Jauh dari rahmat ilahi
Tak shalat lima kali sehari
Aurat tak dihijabi
Halal-haram tak dipeduli
Siapa yang bilang jadi muslim itu susah?
Padahal perkara duniawi dan ukhrawi semuanya serba tertata
Jelas siapa yang disembah, hanya Allah yang Maha Esa
Lelaki muslim mulia karena kerja kerasnya
Wanita muslimah terjaga kehormatannya
Anak-anak dipelihara hak-haknya
Orang tua dihormati keberadaannya
Halal-haram jelas perbedaannya
Surga tempat kembalinya
Sekiranya seseorang beranggapan syariat Allah itu menyusahkan
Pasti ada yang tak beres dengan fitrahnya sebagai makhluq Ar-Rahman
Sebenarnya dia yang belum tahu semua hikmah ketetapan Al-Hakim Al-’Alim
Maka seharusnya dialah yang menyelam ke dalam hatinya kelam
Lalu kembali ke permukaan mencari cahaya hidayah yang luar biasa terang.
طه ( 1 )
 مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآَنَ لِتَشْقَى ( 2 )
 إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى ( 3 )
“Thaha. 
Tidaklah Kami turunkan Alquran kepadamu untuk memberatkanmu.
Melainkan sebagai pengingat bagi siapa saja yang takut (kepada Allah).” (Q.s. Thaha: 1–3)
Hanya sebatas sangkaan
Orang-orang musyrik menyangka syariat Allah itu menyusahkan; diturunkan bagi manusia semata untuk menambah beban. Padahal kenyataan yang ada adalah sebaliknya; ilmu yang diajarkan Allah mendatangkan kebaikan yang sungguh banyak. Telah diriwayatkan dari Mu’awiyah dalam dua kitab Ash-Shahih; dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“من يُرد الله به خيرًا يفقهه في الدين
Barang siapa yang diinginkan Allah kebaikan baginya maka dia akan dijadikan paham terhadap (ilmu) agama.’”
Diriwayatkan dari Tsa’labah bin Al-Hakam; dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يقول الله تعالى للعلماء يوم القيامة إذا قعد على كرسيه لقضاء عباده: إني لم أجعل علمي وحكمتي فيكم ( 5 ) إلا وأنا أريد أن أغفر لكم على ما كان منكم، ولا أبالي
‘Allah Ta’ala berfirman kepada ulama pada hari kiamat –saat Allah duduk di Kursi-Nya untuk memutuskan perkara hamba-hamba-Nya–, ‘Aku tak menjadikan ilmu dan hikmah-Ku turun kepada Kalian melainkan Aku ingin mengampuni kalian dengannya. Jangan menolak-Ku!’” (Al-Mu’jam Al-Kabir, 2:84; Al-Haitsami berkomentar dalam Al-Majma’, 1:126, “Para periwayatnya tsiqah.”)
Tentang firman Allah dalam surat Thaha ayat kedua, Qatadah menjelaskan, “Demi Allah! Dia tak membuat (manusia) susah. Akan tetapi Dia menjadikannya rahmat dan cahaya serta petunjuk menuju surga.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5:272)
Tentang ayat ketiga, Qatadah juga menjelaskan, “Sesungguhnya Allah menurunkan kitab-Nya serta mengutus rasul-rasul-Nya sebagai rahmat yang menjadi bentuk kasih-Nya kepada para hamba. Supaya orang-orang mengingat (Allah) dan manusia memperoleh manfaat dari ayat yang didengarnya dari Kitabullah. Itulah peringatan yang diturunkan Allah; di dalamnya terkandung hal-hal yang dihalalalkan-Nya dan hal-hal yang diharamkan-Nya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5:272)
Bukan hanya pada zaman ini. Sejak zaman jahiliah pun, orang kafir mencibir kaum muslimin atas ketundukan mereka kepada syariat Allah.
“Sungguh engkau benar-benar susah karena telah meninggalkan agama (nenek moyang) kita!” Demikianlah lontaran ucapan Abu Jahal dan An-Nadhr bin Al-Harits kepada Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam itu tatkala melihat panjangnya ibadah dan kesungguhan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Omongan serampangan itu menjadi sebab turunnya surat Thaha ayat pertama dan kedua. (Lihat Asbabun Nuzul, 1:205)
Sungguh tiada hiburan yang paling menghibur melainkan pembelaan Allah atas hamba-hamba-Nya yang shalih lagi patuh.
Sewaktu Alquran turun kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya berdiri lalu mendirikan shalat. Melihat itu, berkatalah orang-orang kafir Quraisy, “Tidaklah Allah menurunkan Al Quran ini kepada Muhammad melainkan untuk menyusahkannya.” Oleh karena peristiwa ini, Allah menurunkan firman-Nya, “Thaha. Tidaklah Kami turunkan Alquran kepadamu untuk menyusahkanmu.” (LihatAsbabun Nuzul, 1:205)
Hidayah dan kesesatan jelas berbeda
Ibnul Qayyim menguraikan pembahasan yang menarik dalam kitab beliau, Al-Fawaid:
Hidayah pertanda rahmat, kesesatan pertanda kesusahan.
Sebagaimana Allah Subhanah menggandengkan petunjuk dan ketakwaan serta kesesatan dan penyimpangan, maka demikian pula Allah menyandingkan petunjuk dan ramhat serta kesesatan dan  kesusahan.
Pertama, Firman-Nya,
« أولئك على هدى من ربهم وأولئك هم المفلحون » البقرة : الآية رقم : 5 ،
“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.s. Al-Baqarah: 5)
 وقال : « أولئك عليهم صلوات من ربهم ورحمة وأولئك هم المهتدون » البقرة : الآية رقم : 157 .
Firman-Nya, “Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.s. Al-Baqarah: 157)
Dia berfirman tentang orang-orang mu’min,
« ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب » آل عمران : الآية رقم : 8 ،
“(Mereka berdoa), ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau. karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).’”(Q.s. Ali Imran: 8)
Dia berfirman,
« ربنا آتنا من لدنك رحمة وهيئ لنا من أمرنا رشدا » الكهف : الآية رقم : 10 ،
“(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdo’a, ‘Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).’” (Q.s. Al-Kahfi: 10)
Dia berfirman,
 « لقد كان في قصصهم عبرة لأولي الألباب ما كان حديثا يفترى ولكن تصديق الذي بين يديه وتفصيل كل شيء وهدى ورحمة لقوم يؤمنون » سورة يوسف : الآية رقم : 111 ،
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (Q.s. Yusuf: 111)
Dia berfirman,
« وما أنزلنا عليك الكتاب إلا لتبين لهم الذي اختلفوا فيه وهدى ورحمة لقوم يؤمنون » النحل : الآية رقم : 64
“Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Qur’an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (Q.s. An-Nahl: 64)
Dia berfirman,
« ونزلنا عليك الكتاب تبيانا لكل شيء وهدى ورحمة وبشرى للمسلمين » النحل : الآية رقم : 89 ،
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”(Q.s. An-Nahl: 89)
Dia berfirman,
« يا أيها الناس قد جاءتكم موعظة من ربكم وشفاء لما في الصدور ورحمة للمؤمنين » يونس : الآية رقم : 57 ،
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.s. Yunus: 57)
Kemudian Allah Subhanah mengulang kembali penyebutan kedua hal tersebut. Dia berfirman,
 « قل بفضل الله وبرحمته فبذلك فليفرحوا » يونس : الآية رقم : 58 .
“Katakanlah, ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.’” (Q.s. Yunus: 58)
Generasi salaf mengungkapkan beragam tafsir untuk “al-fadhl” (keutamaan) dan “rahmah” (rahmat). Yang shahih, keduanya bermakna petunjuk (al-huda) dan nikmat (an-ni’mah). Keutamaan dari-Nya adalah hidayah-Nya, rahmat-Nya dalah nikmat-Nya/ oleh karena itu, Allah menyandingkan hidayah dan nikmat sebagaimana dalam firman-Nya di surat Al-Fatihah,
 « اهدنا الصراط المستقيم صراط الذين أنعمت عليهم » الفاتحة : الآية رقم : 6 .
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, ….” (Q.s. Al-Fatihah: 6)
Di antaranya adalah firman-Nya kepada Nabi-Nya untuk mengingatkannya atas nikmat Allah kepadanya,
 « ألم يجدك يتيما فآوى ووجدك ضالا فهدى، ووجدك عائلا فأغنى » الضحى : الآية رقم : 6 ، 7 ، 8
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung , lalu Dia memberikan petunjuk.Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.” (Q.s. Adh-Dhuha: 6—8)
Allah menggabungkan hidayah dan nikmat dengan kecukupan dan kekayaan.
Ayat lain yang menyatakan penjelasan ini adalah firman Allah tentang perkataan Nabi Nuh‘alaihissalam,
« يا قوم أرأيتم إن كنت على بينة من ربي وآتاني رحمة من عنده » هود : الآية رقم : 28 ، :
“Wahai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, ….” (Q.s. Hud: 28)
Juga tentang ucapan Syu’aib,
« أرأيتم إن كنت على بينة من ربي ورزقني منه رزقا حسنا» هود : الآية رقم : 88 ،
“Wahai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)?” (Q.s. Hud: 88)
Juga firman Allah tentang Nabi Khidhir,
« فوجدا عبدا من عبادنا آتيناه رحمة من عندنا وعلمناه من لدنا علما » الكهف : الآية رقم : 65 ،
“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Q.s. Al-Kahfi: 65)
Firman Allah kepada Rasul-Nya,
« إنا فتحنا لك فتحا مبينا، ليغفر لك الله ما تقدم من ذنبك وما تأخر ويتم نعمته عليك ويهديك صراطا مستقيما، وينصرك الله نصرا عزيزا » الفتح : الآية رقم : 1 ، 2 ، 3 ،
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang, serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, juga supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak).”(Q.s. Al-Fath: 1—3)
Firman-Nya,
« وأنزل الله عليك الكتاب والحكمة وعلمك ما لم تكن تعلم وكان فضل الله عليك عظيما » النساء : الآية رقم : 113 ،
“Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.” (Q.s. An-Nisa’: 113)
Firman-Nya,
« ولولا فضل الله عليكم ورحمته ما زكى منكم من أحد أبدا » النور : الآية رقم : 21 ،
“Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya,….” (Q.s. An-Nur: 21)
Keutamaan-Nya adalah hidayah-Nya dan rahmat-Nya adalah nikmat-Nya. Kebaikan dari-Nya berupa keutamaan dan rahmat yang Dia karuniakan kepada mereka (hmaba-hamba-Nya),
« فإما يأتينكم مني هدى فمن اتبع هداي فلا يضل ولا يشقى » طه : الآية رقم : 123 ،
“… Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Q.s. Thaha: 123)
Hidayah adalah lawan kesesatan. Sedangkan rahmat lawan dari kesusahan. Kandungan ini tersirat di awal surat Thaha,
« طه ، ما أنزلنا عليك القرآن لتشقى » طه : الآية رقم : 1 ، 2
“Thaha . Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah.”(Q.s. Thaha: 1—2)
Ibnul Qayyim melanjutkan dengan uraian yang sangat manis, “Dia (Allah) menggabungkan turunnya Al-Qur’an kepadanya (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) dengan penafian rasa susah dari diri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana Dia berfirman di akhir surat Thaha tentang kesungguhan ittiba’ beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam (terhadap syariat Allah),
« فلا يضل ولا يشقى» .
‘… Maka ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.’ (Q.s. Thaha: 123)
Hidayah, keutamaan, nikmat, dan rahmat adalah hal-hal yang saling berkaitan, tak terpisahkan satu sama lain. Serupa dengan itu, kesesatan dan kesusahan akan saling bertautan, tak terpisahkan satu sama lain.”
Maraji’:
  • Al-Fawaid, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, ِAl-Maktabah Asy-Syamilah.
  • Asbabun Nuzul Al-Qur’an, Al-Wahidi, Al-Maktabah Asy-Syamilah.
  • Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, Ibnu Katsir

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates